KOORDINATOR PUSAT KORPS PII WATI
PELAJAR ISLAM INDONESIA
SAMBUTAN
“HARI LAHIR (HARLAH) KORPS PII WATI KE-42”
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, lafadz syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang senantiasa tercurah pada kita semua. Dengan nikmat itu pulalah, kita masih diberi kekuatan dan keistiqomahan untuk berhimpun dalam wadah Badan Otonom Korps PII Wati sebagai pilihan wadah gerakan dakwah kita. Tak lupa Shalawat serta salam kepada qudwah dan uswah sepanjang zaman, baginda Rasulullah SAW. Semoga kita senantiasa mencontoh dan meneladani beliau dalam keseharian kita sebagai asktivis dan kader PII Wati.
“ Barang siapa berbuat amal shalih dari laki-laki dan permpuan dan ia mukmin, maka pasti akan Kami berikan kehidupan yang baik, pasti akan memberikan pahala pada mereka dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl : 97)
Sahabat-sahabat PII Wati se-tanah air
Tantangan dakwah semakin besar menghadang. Hegemoni budaya barat sebagai implikasi dari globalisasi menjadi tantangan tersendiri yang tidak bisa kita nafikan telah megikis karakter pelajar putri. Didukung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin luas dan canggih, menjadikan dunia seolah tanpa batas. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebenarnrya tidak lantas membuat kita menjadi apriori terhadapnya. Sebab kemajuan ini di satu sisi berkontribusi positif dalam pengembangan kapasitas dan wawasan masyarakat khususnya pelajar putri. Akan tetapi di sisi lain perkembangan ini berekses secara tidak langsung menjadi alat perantara yang telah mengubah tatanan nilai dan pola pikir masyarakat. Sebagai contoh, sensualitas tubuh perempuan kemudian tereksploitasi di media dalam bentuk film, sinetron, iklan atas nama kreativitas. Tidak heran media (televise, majalah, koran, internet) kemudian menjadi sarania penyebarluasan pornografi dan pornoaksi. Pola hidup masyarakat pun menjadi lebih hedonis, pragmatis dan matrealistis. Dalam hal ini pelajar putri menjadi objek yang strategis. Akibatnya tak sedikit yang akhirnya terseret dalam perilaku menyimpang seperti seks bebas, lalu hamil dan akhirnya memilih aborsi sebagai jalan pintas. Sangat disayangkan, sebab pelajar putri meruapakan salah satu elemen penerus estafeta perjuangan sekaligus pewaris peradaban di bumi. Namun apa jadinya bila kemudian pelajar putri tidak mampu mengusungnya.
Fenomena terhadap semakin besarnya tantangan dakwah, tidak kemudian menjadikan kita lemah semangat dan putus asa. Akan tetapi menuntut kita untuk bearada di tengah-tengah masyarakat dan melakukan perubahan. Sebagaimana firman Allah SWT
“ Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, melainkan ia merubah dirinya sendiri”
Hendaknya kader dan aktivis korps PII Wati justru semakin memantapkan langkah memberikan pelayanan dan peran ril serta bertindak sebagai problem solver, bukan sebaliknya. Oleh karena itu kader dan aktivis Korps PII Wati juga hendaknya harus selalu mengembangkan dan memperbaiki diri menjadi sosok pribadi yang shalih secara pribadi maupun social, sehingga terbentuk profil muslimah yang ideal dalam konteks diri pelajar putri sebagai anak, calon istri dan ibu.
Kader dan aktivis Korps PII Wati yang saya cintai
Ada 3 karakter yang setidaknya menjadi kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang kader PII Wati dalam memainkan peran dan tanggung jawabnya dalam mengemban amanah Korps PII Wati pada level manapun (Korda,Korwil dan Korpus). Yakni menjadi kader yang cerdas, kreatif dan transformative.
Cerdas, diukur dengan memiliki keluasan wawasan, ketajaman pikir, kedalaman ilmu, serta menjadi seorang analisator. Sebab dengan tolok ukur tadilah, kita mampu memetakan kondisi masyarakat dan sasaran dakwah kita secara akurat dan objektif. Maka sudah selayaknya membaca, diskusi dan menulis tidak lepas dari aktivitas keseharian kader dan kativis PII.
Kreatif , diukur bilamana seorang kader mampu melihat persoalan yang ada dan mampu berkreasi menciptakan perancangan-perancangan sebagaai tawaran program yang solutif terhadap persoalan yang ada serta terhadap kebutuhan pelajar putri. Kader dan aktivis kreatif tidak berpikiran mundur dan kaku, tapi senantiasa melihat sesuatu dalam berbagai perspektif sehingga kaya akan ide karenanya serta menjadikan kita lebih arif adalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.
Transformatif, sebagai sebuah kompetensi yang sedianya menjadi citra kader dan aktivis Korps PII Wati. Hal ini berarti kita harus hadir di tengah-tengah pelajar putri dan sebagai seorang transformator yang membawa misi perubahan dan memberi kemanfaatan sebesar-besarnya pada masyarakat khusunya pelajar putri. Oleh karena itu, hendaknya kader dan aktivis Korps PII Wati memiliki daya imunitas yang kuat baik dari sisi ruhiyah, jasadiyah maupun fikriyah mengingat perannya sebagai aktivis, transformator dan da’iyah.
Kader dan aktivis Korps PII Wati se-tanah air.
Kini, 43 tahun BO Korps PII Wati berkiprah dalam kancah gerakan dakwah yang memfokuskan diri pada pembinaan pelajar putri sebagai basisi gerakannya. Dalam mewujudkan cita-citanya untuk mewujudkan kader muslimah pemimpin yang dapat melakukan misi transformasi pendidikan dan kebudayaan dalam konteks ke-islaman. 43 tahun bukan waktu yang cukup singkat untuk tetap eksis berkarya. Dalam kurun waktu tersebut suka dan duka mewarnai dinamika perjuangannya.
Momentum Hari Lahir ( Harlah ) Bo Korps PII Wati, hendaknya menjadi sumber kekuatan baru bagi kita untuk menyongsong hari esok. Spirit untuk membenahi diri sehingga lebih siap dan lebih produktif berkarya untuk ummat. Sehingga peran PII Wati tidak lagi hanya sebatas wacana yang marak diperbincangkan tapi telah menjadi kerja-kerja nyata. BO Korps PII Wati sudah saatnya kembali tampil di garda depan, saling berangkul dan bersinergi dengan elemen-elemen lainnya yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk maju bersama. Dengan semangat Harlah rapatkan barisan, perkokoh ukuwwah sebab ummat menanti kerja nyata kita. Selamat Harlah ke-43 semoga berjaya di dunia, berjaya diakhirat. Allahuakbar
Jakarta, 31 Juli 2007
Korpus Korps PII Wati
Periode 2006-2008
Nur Amelia
Ketua